SEJARAH JEMBER


Ketika mencoba menguraikan asal usul Jember, bahwa Jember memiliki lebih dari satu versi asal usul. Berikut adalah beberapa versi tentang asal usul Jember.
1. Jember dimulai dari kata Jembrek
2. Jember adalah perpaduan dua kata: Jembar dan Jembher
3. Jember berasal dari nama seorang putri, yaitu Putri Jembersari ( ini ada beberapa versi cerita Putri Jembersari atau Jembarsari )
Jember Dimulai Dari Kata Jembrek
dulu Jember adalah sebuah hutan yang lebat dengan pohon yang sangat besar. sebegitu besarnya pohon tersebut, orang dewasa tidak bisa merangkul dan mempertemukan jemari tangan kiri dan kanannya. Butuh lebih dari satu orang untuk merangkul sebatang pohon.
Selain hutan dan segala isi di dalamnya, yang ada hanya sungai, gundukan tanah, dan lautan rawa. Jika-pun ada tanah yang terhampar, bisa dipastikan tanah tersebut adalah tanah yang becek. Orang-orang menyebut wilayah ini dengan Jembrek. Bisa diartikan becek dan berlumpur. Kondisi tersebut semakin menjadi-jadi manakala turun hujan.
Jika turunnya hujan sangat deras, wilayah yang terbentang di kaki Pegunungan Hyang dan tak jauh dari Gunung Raung ini juga rawan banjir. Sungai-sungai akan meluapkan air.
Seiring berlalunya waktu, pengucapan kata Jembrek berubah menjadi Jember.
Ada sebuah situs blog yang memuat tulisan (hasil wawancara dari seorang jurnalis Suara Soerabaia bernama Tiong Gwan. Dia berhasil membuat tangkapan sesaat mengenai situasi kota Jember tahun 1920. Berikut adalah cuplikannya.
Bila ada toeroen oedjan ketjil sadja, soedah tjoekoep membikin straat Djember berobah mendjadi laoetan loempoer.
Jember Adalah Perpaduan Dua Kata: Jembar dan Jembher
Pada jaman dahulu, ketika pulau Jawa masih lebih banyak hutan belantara dibanding populasi yang ada, manusia seringkali melakukan perpindahan untuk mencari tempat tinggal yang lebih baik.
Ini bercerita tentang dua kelompok migrasi.
Kelompok pertama berasal dari suku Jawa. Jawa Timur pedalaman. Seperti Kediri, Tulungagung, Trenggalek, Blitar, Bojonegoro Ponorogo dan sekitarnya.
Kelompok migrasi kedua adalah Dari suku Madura. Kedua kelompok tersebut bermigrasi. Mencari tempat yang lebih baik dari sebelumnya. Keduanya bertemu pada satu titik.
Kelompok pertama dari suku Jawa berkata,”Nang kene ae, lemahe sik Jembar." Artinya, disini saja tanahnya masih luas. Kelompok kedua dari suku Madura juga berujar, “Iyeh, neng dinnak beih, tananah gik Jembher." Artinya, Iya disini saja, tanahnya masih luas.
Begitulah awal terjadinya akulturasi. Percampuran kebudayaan antara kata Jembar dan Jembher, yang sama-sama memiliki arti, sebuah tempat yang luas.
Seiring dengan berjalannya waktu, dua kata tersebut mengalami perpaduan hingga akhirnya menjadi seperti yang kita tahu saat ini. JEMBER.
Jika merunut dari sisi ruang dan waktu, usia legenda Jember yang berawal dari kata Jembar dan Jembher terbilang sangat muda. Kemungkinan lahir pada pertengahan abad XIX, saat George Birnie dan rekan-rekannya (Mr. C. Sandenberg Matthiesen dan van Gennep) mengajukan ijin untuk membuka usaha di Jember.
Jember Berasal Dari Nama Seorang Putri, Yaitu Putri Jembersari
versi satu.....
Dikisahkan pada jaman dahulu kala, hiduplah seorang putri yang cerdas lagi cantik jelita bernama Putri Jembersari. Saat kecil, orang-orang di sekitarnya memanggilnya dengan nama Jember.
Dia hidup di sebuah kampung yang lokasinya ada di dekat laut selatan. diceritakan pula bahwa semua warga di kampung tersebut bekerja sebagai nelayan, hingga kampung tersebut dinamai kampung nelayan. Putri Jembersari sendiri adalah keturunan dari kepala kampung di wilayah tersebut.
Pada saat Putri Jembersari masih kecil (balita), terjadi sesuatu di kampung tersebut. yaitu serangan dari gerombolan perampok. Para perempuan, orang tua, dan anak-anak segera mengungsi dari kampung tersebut. Putri Jembersari juga turut mereka bawa. Sementara itu para lelaki di kampung tersebut bertempur dengan gagah berani. Akan tetapi mereka semua tewas di tangan para perampok.
Rombongan yang mengungsi tiba di sebuah tempat yang ada di dekat sungai bedadung. Ada juga sebuah telaga di sana. Lalu mereka sepakat untuk tinggal dan menetap di sana. Maka dimulailah kegiatan bertahan hidup. Segala yang bisa mereka lakukan, akan mereka lakukan. Mulai dari bercocok tanam hingga mencari ikan di sungai bedadung.
Putri Jembersari yang masih sangat kecil, mereka rawat dengan penuh kasih sayang. Ada juga beberapa orang yang khusus memberi pendidikan pada Putri Jembersari. Ada yang mengajarinya ilmu beladiri, membuat obat-obatan dari akar dan dedaunan, membuat api, berburu, cinta lingkungan, dan masih banyak lagi. Mereka menggemblengnya. Pantaslah jika saat besar nanti Putri Jembersari ibarat sosok harimau jawa. Anggun, cantik, lembut, sedikit pemalu, tapi tidak bisa diremehkan.
Mereka membuat sebuah desa yang baru, dan rata-rata penghuninya adalah perempuan. Kondisi itu membuat mereka kesulitan untuk memilih seorang pemimpin desa. Mereka hidup bersama tanpa pemimpin dalam waktu yang lama.
Hingga pada akhirnya Putri Jembersari semakin matang dan dewasa, para penduduk desa baru itu menunjuknya untuk menjadi seorang pemimpin. Mulanya Putri Jembersari menolaknya, namun akhirnya dia menganggukkan kepala.
Hingga pada suatu hari..
Putri Jembersari sedang santai di tepi telaga dekat sungai bedadung. Dia tidak sendirian, melainkan ditemani oleh beberapa sahabat perempuannya. Saat sedang bersantai itulah, tiba-tiba datang sosok laki-laki yang memiliki maksud jahat. Ternyata dia adalah seorang kepala perampok. Dia ingin memperistri Putri Jembersari sekaligus menaklukkan desa. Tentu saja Putri Jembersari menolak dan melawan. Tak bisa terhindarkan, terjadilah perkelahian sengit.
Para sahabat Putri Jembersari tidak tinggal diam, mereka turut melawan. Tapi anak buah kepala perampok tersebut berdatangan. Mereka seperti datang dari segala arah. Alhasil, kisah lama pun terulang. Putri Jembersari tewas di tangan perampok.
Setelah itu, para perampok pergi. Berita kematian Putri Jembersari segera tersebar. Bunyi kentongan bertalu-talu, dengan sandi ketukan yang menandakan adanya berita duka. Rakyat berdatangan dari segala penjuru. Kesedihan pun menyelimuti langit desa tersebut.
Mereka sadar, waktu akan terus berdetak, tak peduli apakah mereka sedang berduka atau tidak. Para penduduk desa ini juga sudah sangat lama ditempa kehidupan. Akhirnya mereka bangkit dan tidak memperpanjang kesedihan, untuk kemudian menguburkan jenasah sang pemimpin yang selalu ada di hati, juga menguburkan para pengikutnya yang gugur.
Hari bersejarah itu ditandai diabadikannya nama kecil Putri Jembersari menjadi nama wilayah tersebut, yaitu JEMBER.
versi lain lagi...
Jember Dari nama Putri Jembersari. Seorang ratu yang pernah memerintah Jember dengan baik sehingga Jember menjadi makmur. Rakyatnya pun sangat puas dengan pemerintahannya. Hingga setelah ratu mangkat, namanya diabadikan menjadi sebuah kampung, Jember yang kita kenal sekarang.
Dari Putri Jembarsari. Putri ini adalah anak seorang raja yang memerintah di wilayah selatan. Kerajaan nya makmur sehingga membuat iri lawan-lawannya. Maka diseranglah kerajaan ini oleh bajak laut dari selatan. Dan sang putri selamat setelah dibawa lari oleh penduduknya ke arah utara dan lalu membuat perkampungan baru yang dikasih nama dengan nama putri Jembarsari. Lalu berkembang menjadi nama Jember.
versi lain lagi......
Masih dari legenda, alkisah ada putri raja Brawijaya bernama Endang Ratnawati. Putri ini cantik jelita hingga membuat para pria ingin berlomba melamarnya. Tapi rupanya sang putri selalu menolak lamaran karena masih belum mau berumah tangga. Sang putri lalu berniat menyepi. Sang putri keluar masuk hutan hingga berada di suatu daerah terpencil. Saat putri mandi di sungai Jompo datanglah seorang satria yang menggodanya. Hingga akhirnya satria menodai sang putri. Sang putri pun sedih. Dan karena larut dengan kesedihannya sang putri akhirnya mengeluh. 'Jember, jember badanku sudah kotor ternoda'. Lalu ia pun bunuh diri di sungai itu. Mayatnya kemudian ditemukan oleh orang dan dicari lah keluarganya. Karena tidak ketemu maka dikuburkanlah sang putri di tepi sungai Bedadung. Raja Brawijaya pun mencari-cari putri nya yang tak kunjung pulang. Hingga akhirnya terdengar kabar kalau sang putri sudah dikuburkan di suatu tempat yang akhirnya di kasih nama Jember (gumaman dari sang putri saat mengeluh)
versi lain lagi....
Saya juga pernah baca pada sebuah blog yang menyebutkan bahwa kata JEMBER bisa jadi berasal dari kata DJEMILAH BIRNIE yang kemudian masyarakat pada waktu itu menyebutnya Djember, untuk menyebutkan suatu wilayah.
Hal ini saya bantah karena pada nisan Djemilah Birnie tertulis beliau lahir 30 Juni 1845 meninggal 14 April 1908. Sedangkan George Birnie pada tahun 1850 (jauh sebelum Djemilah Birnie meninggal sudah mendirikan perusahaan De Landbouw Maatscappij Oud Djember (LMOD).
Jember, Wilayah Bersejarah Yang Tak Terkisah
Ada artikel di sebuah blog, bahwa di daerah Jatian (dusun Kaliputih) – Rambipuji ada sebuah situs bernama Prasasti Batu Gong. Diyakini, prasasti ini berasal dari masa Hindu dengan aliran Siwa (dari aksara yang berbunyi PARVVATESWARA yang artinya Dewa Gunung), dan hasil peninggalan antara tahun 650 – 732 Masehi. Sayangnya batu ini tidak berkisah. Tidak ada yang tahu apa yang terjadi di Jember pada era tersebut.
Ada lagi Prasasti Congapan di desa Karang Bayat Kecamatan Sumberbaru. Di prasasti ini ada tertulis kalimat pendek, "tlah sanak pangilanku," yang artinya tahun 1088. Yang mengatakan adalah Didik Purbandriyo, Koordinator Balai Pelestarian Peninggalan Purbakal Kementerian Budaya dan Pariwisata.
Masih banyak lagi jejak yang ditinggalkan masa lampau di kota Jember (dan sekitarnya). Di kaki gunung Argopuro, ditemukan reruntuhan batu (seperti sebuah prasasti) di puncak rengganis. di desa Kamal - Arjasa ada banyak peninggalan berupa batu di sana. Di dekat kampus UJ ada sebuah sumur tua yang baru ditemukan sekitar tahun 2008 . Kita punya candi deres, sekelumit kisah Sadeng, dan masih banyak lagi.
Diposkan oleh RZ Hakim di 02.02
RIWAYAT SINGKAT LAHIRNYA KABUPATEN JEMBER
Keberadaan Kabupaten Jember secara geografis memiliki posisi yang sangat strategis dengan berbagai potensi sumber daya alam yang potensial,sehingga banyak menyimpan peristiwa-peristiwa sejarah yang menarik untuk digali dan dikaji. Tentang nama Jember sendiri dan kapan wilayah ini diakui keberadaannya, hingga saat ini memang masih belum diperoleh kepastian fakta sejarahnya.
Berbagai upaya baik seminar maupun penelitian yang telah dilakukan oleh lembaga penelitian, Perguruan Tinggi maupun oleh sejarawan belum bisa mengungkap kejelasan yang pasti tentang kapan Kabupaten ini lahir. Pemkab Jember masih memberi Kesempatan luas untuk menampung sumbangan pemikiran untuk dijadikan bahan kajian dalam menentukan fakta sejarah guna mengetahui kapan hari jadi Kabupaten Jember sebenarnya.
Hari jadi bagi suatu daerah sangatlah penting dan mendasar, karena menandai suatu awal pemerintahan sehingga dapat dijadikan ukuran waktu bagi daerah kapan mulai berpemerintahan?
Sementara ini untuk menentukan hari jadi Kabupaten Jember berpedoman pada sejarah pemerintahan kolonial Belanda, yaitu berdasarkan pada Staatsblad nomor 322 tanggal 9 Agustus 1928 yang mulai berlaku tanggal 1 Januari 1929 sebagai dasar hukumnya.
Dalam Staatsblad 322 tersebut, dijelaskan bahwa Pemerintah Hindia Belanda telah mengeluarka ketentuan tentang penataan kembali pemerintahan desentralisasi di Wilayah Propinsi Jawa Timur, antara lain dengan REGENSCHAP DJEMBER sebagai masyarakat kesatuan hukum yang berdiri sendiri.
Secara resmi ketentuan tersebut diterbitkan oleh Sekretaris Umum Pemerintahan Hindia Belanda (De Aglemeene Secretaris) G.R. Erdbrink, pada tanggal 21 Agustus 1928.
Mempelajari konsideran Staatsblad Nomor 322 tersebut, diperoleh data yang menunjukkan bahwa Kabupaten Jember menjadi kesatuan masyarakat yang berdiri sendiri dilandasi 2 macam pertimbangan, yaitu Pertimbangan Yuridis Konstitusional dan Pertimbangan Politis Sosiologi.
Yang unik adalah, Pemerintah Regenschap Djember diberi waktu itu dibebani pelunasan hutang-hutang berikut bunganya menyangkut tanggungan Regenschap Djember. Dari artikel ini dapat dipahami bahwa dalam pengertian administratif serta sebutan regent atau Bupati sebagai Kepala Wilayah Kabupaten, diatur dalam artikel 7. Demikian juga pemisahan secara tegas antara Jember dan Bondowoso sebagai bagian dari wilayah yang lebih besar, yaitu Besuki dijelaskan pada artikel 7 ini.
Pada ayat 2 dan 4 artikel 7 ini disebutkan bahwa ayat 2 artikel 121 Ordonasi Propinsi Jawa Timur adalah landasan kekuatan bagi pembuatan Staatsblad tentang pembentukan Kabupaten-kabupaten di Jawa Timur.
Semua ketentuan yang dijabarkan dalam staatsblad ini dinyatakan berlaku mulai tanggal 1 Januari 1929, ini disebutkan pada artikel terakhir dari staatsblad ini. Hal inilah yang memberikan keyakinan kuat kepada kita bahwa secara hukum Kabupaten Jember dilahirkan pada tanggal 1 Januari 1929 dengan sebutan “REGENSCHAP DJEMBER.
Sebagaimana lazimnya sebuah peraturan perundang-undangan, supaya semua orang mengetahui maka ketentuan penataan kembali pemerintahan desentralisasi Wilayah Kabupaten Jember yang pada waktu itu disebut regenschap, dimuat juga dalam Lembaran Negara Pemerintahan Hindia Belanda.
Selanjutnya perlu diketahui pula bahwa, Staatsblad nomor 322 tahun 1928 diatas ditetapkan di Cipanas oleh Gubernur Jendral Hindia Belanda dengan Surat Keputusan Nomor : IX tertanggal 9 Agustus 1928. Pada perkembangannya dijumpai perubahan-perubahan sebagai berikut :
Pemerintah Regenschap Jember yang semula terbagi menjadi 7 Wilayah Distrik pada tanggal 1 Januari 1929 sejak berlakunya Staatsblad Nomor 46 tahun 1941 tanggal 1 Maret 1941 maka Wilayah Distrik dipecah-pecah menjadi 25 Onderdistrik, yaitu :
- Distrik Jember, meliputi onderdistrik Jember, Wirolegi dan Arjasa ;
- Distrik Kalisat, meliputi onderdistrik Kalisat, Ledokombo, Sumberjambe dan Sukowono ;
- Distrik Rambipuji, meliputi onderdistrik Rambipuji, Panti, Mangli dan Jenggawah ;
- Distrik Mayang, meliputi onderdistrik Mayang, Silo, Mumbulsari dan Tempurejo ;
- Distrik Tanggul, meliputi onderdistrik Tanggul, Sumberbaru dan Bangsalsari ;
- Distrik Puger, meliputi onderdistrik Puger, Kencong, Gumukmas dan Umbulsari ;
- Distrik Wuluhan, meliputi onderdistrik Wuluhan, Ambulu dan Balung.
Perkembangan perekonomian begitu pesat, mengakibatkan timbulnya pusat-pusat perdagangan baru terutama perdagangan hasil-hasil pertanian, seperti padi, palawija dan lain-lain, sehingga bergeser pulalah pusat-pusat pemerintahan di tingkat distrik, seperti distrik Wuluhan ke Balung, sedangkan distrik Puger bergeser ke Kencong.
Berdasarkan Undang-undang Nomor : 12 Tahun 1950 tentang Pemerintah Daerah Kabupaten di Jawa Timur, menetapkan pembentukan Daerah-daerah Kabupaten dalam lingkungan Propinsi Jawa Timur (dengan Perda) antara lain Daerah Kabupaten Jember ditetapkan menjadi Kabupaten Jember.
Dengan dasar Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1976, maka dibentuklah Wilayah Kota Jember dengan penataan wilayah-wilayah baru sebagai berikut :
Kecamatan Jember dihapus dan dibentuk 3 kecamatan baru, masing-masing Sumbersari, Patrang dan Kaliwates, sedang Kecamatan Wirolegi menjadi Kecamatan Pakusari dan Kecamatan Mangli menjadi Kecamatan Sukorambi.
Bersamaan dengan pembentukan Kota Administratif Jember, Wilayah Kawedanan Jember bergeser pula dari Jember ke Arjasa yang wilayah kerjanya meliputi Arjasa, Pakusari dan Sukowono yang sebelumnya masuk Distrik Kalisat.
Dengan adanya perubahan-perubahan tersebut, pada perkembangan berikutnya maka secara administratif, Kabupaten Jember terbagi menjadi 7 Wilayah Pembantu Bupati, 1 Wilayah Kota Administratif dan 31 Kecamatan, yaitu :
- Kota Administratif jember, meliputi Kec. Kaliwates, Patrang dan Sumbersari ;
- Pembantu Bupati di Arjasa, meliputi Kec. Arjasa, Jelbuk, Pakusari dan Sukowono ;
- Pembantu Bupati di Kalisat, meliputi Kec. Ledokombo, Sumberjambe dan Kalisat ;
- Pembantu Bupati di Mayang, meliputi Kec. Mayang, Silo, Mumbulsari dan Tempurejo ;
- Pembantu Bupati di Rambipuji, meliputi Kec. Rambipuji, Panti, Sukorambi, Ajung dan Jenggawah ;
- Pembantu Bupati di Balung, meliputi Kec. Ambulu, Wuluhan dan Balung ;
- Pembantu Bupati di Kencong, meliputi Kec. Kencong, jombang, Umbulsari, Gumukmas dan Puger ;
- Pembantu Bupati di Tanggul, meliputi Kec. Semboro, Tanggul, Bangsalsari dan Sumberbaru.
Namun dengan diberlakukannya Otonomi Daerah sebagaimana tuntutan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, maka sejak tanggal 1 Januari 2001 Pemerintah Kabupaten Jember juga telah melakukan penataan kelembagaan dan struktur organisasi, termasuk dihapusnya Kota Administratif Jember.
Demikian juga lembaga Pembantu Bupati berubah menjadi Kantor Koordinasi Camat. Namun setelah mengevaluasi selama setahun terhadap implementasi Otoda, Pemkab Jember melalui Perda Nomor 12 Tahun 2001 melikuidasi lembaga Kantor Koordinasi Camat.
Sehingga dalam menjalankan roda pemerintahan di era Otonomi Daerah ini Pemerintah Kabupaten Jember telah berhasil menata struktur organisasi dan kelembagaan hingga tingkat pemdes/kel.
Dengan demikian, maka terhitung mulai tanggal 1 Januari 2001 Kabupaten Jember memasuki paradigma baru dalam sistem pemerintahan yaitu dari sistem sentralisasi ke sistem desentralisasi atau Otonomi Daerah, dengan melaksanakan 10 kewenangan wajib otonomi sehingga memberikan keleluasaan penuh untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai keinginan dan aspirasi rakyatnya sesuai peraturan perundangan yang berlaku, dengan misi utama, yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Tempat Wisata
Pantai Watu Ulo di terletak sekitar 25 Km dari Kecamatan Ambulu dan pada saat hari-hari libur biasanya banyak anak-anak muda dan rombongan keluarga yang pergi kesana untuk berlibur, apalagi saat hari-hari besar dan hari raya. Mereka biasanya pergi ke sana bersama-sama dengan keluarga mereka masing-masing menggunakan angkutan umum atau kendaraan pribadi. Pantai Watu Ulo memiliki panorama yang mempesona menghadap lautan Indonesia dengan deretan batu karang menyerupai ular.
Pantai Tanjung Papuma dengan pesona pasir putihnya dan Wisata Sejarah berupa peninggalan Gua Jepang. Pantai ini dikenal juga dengan nama Pantai Pasir Putih Malikan. Dinamakan Papuma karena pantai ini berpasir putih dengan hamparan batu-batu yang bila diterjang ombak lalu saling terberai membalik. Pantai papuma adalah pantai yang sangat eksotik bila dibandingkan dengan pantai pantai yang ada di Jawa Timur, karena memiliki keindahan pantai dan laut yang menawan dengan pantai yang hijau kebiruan menjadikan tempat wisata ini banyak dikunjungi baik dari warga Jember sendiri juga dari kabupaten lain.
Pantai Puger yang terletak 15 Km dari Kecamatan Ambulu. Tempat wisata ini juga banyak dikunjungi oleh banyak orang dan paling banyak adalah anak-anak muda untuh menghibur diri. Pantai Puger juga menjadi surga bagi orang yang suka memancing. Di pantai ini juga terdapat TPI (Tempat Pelelangan Ikan) yang menjual ikan hasil tangkapan nelayan. Di sekitar Pantai Puger juga terdapat Cagar Alam Puger Watangan dengan pesona sumber air Kucur. Pantai Puger juga merupakan gerbang keluar menuju Cagar Alam Pulau Nusa Barong.
Pantai Paseban di daerah Kencong. Di pantai ini wisatawan dapat menikmati mandi laut mengingat ombaknya yang tenang dan landai nan teratur sehingga tidak membahayakan.
Pantai Bandealit di wilayah Taman Nasional Meru Betiri yang secara administratif masuk kedalam wilayah Kecamatan Tempurejo. Pantai ini berdekatan dengai Pantai Sukamade yang merupakan tempat penetasan telur penyu.
Pemandian Patemon yang berada di wilayah Kecamatan Tanggul. Di pemandian Patemon udaranya sangat sejuk karena terletak di daerah pegunungan dan air yang mengalir di pemandian tersebut adalah air yang berasal dari sumber mata air pegunungan, jadi airnya sangat dingin. Pada hari-hari libur khususnya hari Minggu dan hari libur nasional banyak orang berkunjung, mulai dari anak-anak, anak muda, sampai pada orang tua. Pemandian ini menjadi semakin menarik dengan ditambahnya satu kolam renang baru dan wahana waterboom. Selain itu tempat-tempat yang ada di sekitar kolam renang telah diperbaiki sehingga semakin menarik untuk dikunjungi.
Pemandian Rembangan yang terletak di salah satu puncak gunung, memiliki daya tarik pemandangan, pemandian, hotel, dan wisata agro berupa perkebunan kopi milik PTP Nusantara XII dan peternakan sapi perah, di mana Anda bisa melihat proses pemerahan susu sapi dan membeli susu sapi segar literan. Di Rembangan, Anda bisa melihat kota Jember & sekitarnya dari atas. Dan, pada waktu malam, pemandangan lampu kota sangat mengesankan. Di sini suhunya sangat sejuk & udaranya sangat bersih & segar; sangat baik untuk tubuh Anda.
Air Terjun Tancak yang terletak di Perkebunan Gunung Pasang - Kecamatan Panti.
Air Terjun Antrokan di wilayah Kecamatan Tanggul.
Air Terjun Sumberjambe-Rowosari.
Wisata Loko di lahan PG Semboro yang menawarkan keindahan pemandangan alam perkebunan tebu, jeruk, rambutan dan salak yang berada di sepanjang perjalanan selama 3 jam dengan menggunakan lokomotif uap.
Wisata Lori di daerah Garahan yang menyajikan dua buah terowongan Kereta Api (90 m dan 970 m) yang merupakan terowongan Kereta Api terpanjang di Indonesia. Selain itu wisatawan juga dapat menikmati wisata agro Gunung Gumitir.
Taman Botani di wilayah Kecamatan Sukorambi yang mulai dibuka tahun 2007.
Niagara Water park [Ambulu, Jember]
Dira I Swalayan, Fashion and Swiming Pool. [Ambulu, Jember]
Surya Tirta, Fitnes Centre and Swimming Pool. [Ambulu, Jember]

4 komentar:

Sejarah Tuban

SEJARAH TUBAN
KISAH PEMBERONTAKAN RONGGOLAWE
BABAD SEJARAH :
Masyarakat Tuban tidak bisa dipisahkan dari legenda Ronggolawe dan Brandal Lokajaya. Legenda itu begitu kental dan menyejarah sehingga sedikit banyak mewarnai pembentukan sistem nilai pribadi dan sosial. Elite politik sering kali memanfaatkan untuk kepentingan dan pencapaian target politiknya.
Legenda Ronggolawe versi masyarakat Tuban berbeda dengan naskah sejarah seperti ditulis kitab Pararaton maupun Kidung Ranggolawe.
Menurut Kidung Ranggolawe, tindakan ngraman (berontak) Ronggolawe dilancarkan setelah tuntutannya agar pengangkatan Empu Nambi sebagai Patih Amangkubumi Majapahit dianulir.
Rudapaksa politik yang menurut Pararaton terjadi pada tahun 1295 itu berakhir tragis. Raja Kertarajasa Jayawardhana menolak tuntutan Ronggolawe tersebut.
Pasukan dikirim untuk menyerang Ranggolawe. Akhirnya Ronggolawe diperdayai untuk duel di Sungai Tambak Beras. Dia pun tewas secara mengenaskan oleh Mahisa Anabrang.
Bagi masyarakat Tuban, Ronggolawe bukanlah pemberontak, tetapi pahlawan keadilan. Sikapnya memprotes pengangkatan Nambi, karena figur Nambi kurang tepat memangku jabatan setinggi itu.
Nambi tidak begitu besar jasanya terhadap Majapahit. Masih banyak orang lain yang lebih tepat seperti Lembu Sora, Dyah Singlar, Arya Adikara, dan tentunya dirinya sendiri.
Ronggolawe layak menganggap dirinya pantas memangku jabatan itu. Anak Bupati Sumenep Arya Wiraraja ini besar jasanya terhadap Majapahit.
Ayahnya yang melindungi Kertarajasa Jayawardhana ketika melarikan diri dari kejaran Jayakatwang setelah Kerajaan Singsari jatuh (Kertarajasa adalah menantu Kertanegara, Raja Singasari terakhir).
Ronggolawe ikut membuka Hutan Tarik yang kelak menjadi Kerajaan Majapahit. Dia juga ikut mengusir pasukan Tartar maupun menumpas pasukan Jayakatwang.
Bagi masyarakat Tuban, Ronggolawe adalah korban konspirasi politik tingkat tinggi. Penyusun skenario sekaligus sutradara konspirasi politik itu adalah Mahapati, seorang pembesar yang berambisi menjadi patih amangkubumi.
Melalui skenarionya, Lembu Sora, paman Ronggolawe yang membunuh Mahisa Anabrang akhirnya dibunuh oleh pasukan Nambi melalui tipu daya yang canggih.
Empu Nambi sendiri mati dengan tragis.
Dia diserang pasukan Majapahit pada saat pemerintahan Raja Jayanegara karena bisikan Mahapati bahwa Nambi ngraman. Kidung Sorandaka mencatat, Mahapati menggapai ambisinya dan dilantik menjadi patih amangkubumi tahun 1316.
Ranggalawe adalah salah satu pengikut Raden Wijaya yang berjasa dalam perjuangan mendirikan Kerajaan Majapahit, namun meninggal sebagai “pemberontak” pertama dalam sejarah kerajaan ini. Nama besarnya dikenang sebagai pahlawan oleh masyarakat Tuban, Jawa Timur, sampai saat ini.
Pada tahun 1292 Masehi, Ranggalawe diminta untuk membantu Raden Wijaya membuka Hutan Tarik (di sebelah barat Tarik, Sidoarjo sekarang) menjadi sebuah desa pemukiman bernama Majapahit.
Konon, nama Ranggalawe sendiri merupakan pemberian Raden Wijaya. Lawe merupakan sinonim dari wenang, yang berarti “benang”, atau dapat juga bermakna “kekuasaan”. Maksudnya ialah, Ranggalawe diberi kekuasaan oleh Raden Wijaya untuk memimpin pembukaan hutan tersebut.
Raden Wijaya menjadi raja pertama Kerajaan Majapahit. Menurut Kidung Ranggalawe, atas jasa-jasanya dalam perjuangan Rangga Lawe diangkat sebagai bupati Tuban yang merupakan pelabuhan utama di Jawa bagian timur saat itu Pararaton mengisahkan Rangga Lawe memberontak terhadap Kerajaan Majapahit karena dihasut seorang pejabat licik bernama Mahapati.
Kisah yang lebih panjang terdapat dalam Kidung Panji Wijayakrama dan Kidung Rangga Lawe. Ketidak puasan dengan kedudukan yang diperoleh serta nuansa lingkup intrik politik dalam istana, telah menjadikan peristiwa Rangga Lawe ini menjadi sumber timbulnya pemberontakan dalam dua dasawarsa yang pertama dari sejarah kerajaan yang baru tersebut.
Pararaton menyebut pemberontakan Ranggalawe terjadi pada tahun 1295 Masehi, namun dikisahkan sesudah kematian Raden Wijaya. Menurut naskah ini, pemberontakan tersebut bersamaan dengan Jayanagara naik takhta.
Sedangkan menurut Nagarakretagama, Raden Wijaya meninggal dunia dan digantikan kedudukannya oleh Jayanagara terjadi pada tahun 1309 Masehi. Akibatnya, sebagian sejarawan berpendapat bahwa pemberontakan Ranggalawe terjadi pada tahun 1309 Masehi, bukan 1295 Masehi.
Seolah-olah pengarang Pararaton melakukan kesalahan dalam penyebutan angka tahun. Nagarakretagama juga mengisahkan bahwa pada 1295 Masehi Jayanagara diangkat sebagai yuwaraja atau raja muda di istana . Selain itu Kidung Panji Wijayakrama dan Kidung Ranggalawe dengan jelas menceritakan bahwa pemberontakan Ranggalawe terjadi pada masa pemerintahan Raden Wijaya, bukan Jayanagara.
Sementara itu, Nagarakretagama sama sekali tidak membahas pemberontakan Ranggalawe. Hal ini dapat dimaklumi karena naskah ini merupakan sastra pujian sehingga penulisnya, Mpu Prapanca, merasa tidak perlu menceritakan pemberontakan seorang pahlawan yang dianggapnya sebagai aib.
Diceritakan dalam Kidung Ranggalawe, suatu hari Ranggalawe menghadap Raden Wijaya di ibukota dan langsung menuntut agar kedudukan Nambi digantikan Sora. Namun Sora sama sekali tidak menyetujui hal itu dan tetap mendukung Nambi sebagai patih.
Karena tuntutannya tidak dihiraukan, Ranggalawe membuat kekacauan di halaman istana. Sora keluar menasihati Ranggalawe, yang merupakan keponakannya sendiri, untuk meminta maaf kepada raja.
Namun Ranggalawe memilih pulang ke Tuban. Oleh Mahapati yang licik, Nambi diberitahu bahwa Ranggalawe sedang menyusun pemberontakan di Tuban. Maka atas izin raja, Nambi berangkat memimpin pasukan Majapahit didampingi Lembu Sora dan Kebo Anabrang untuk menghukum Ranggalawe.
Sementara itu tentara Majapahit telah dipersiapkan untuk bergerak ke Tuban. Para simpatisan Rangga Lawe yang bergerak ke Tuban, menyeberangi Sungai Tambak Beras. Banyak di antara mereka yang hanyut dibawa arus air; yang tersusul oleh tentara Majapahit, Rangga Lawe sendiri terlibat dalam peperangan melawan tentara Nambi. Rangga Lawe berhasil menusuk kuda Nambi namun Nambi lepas dari tikaman, cepat-cepat lari ke arah Sungai Tambak Beras bergabung dengan pasukan Majapahit.
Kidung Ranggalawe
Pasukan Majapahit kemudian mengepung tentara Tuban dari tiga jurusan, dari timur barat dan utara. Masing-masing pasukan di bawah pimpinan Mahisa Anabrang, Gagak Sarkara dan Mayang Sekar.
Pasukan yang menyerang dari jurusan timur, di bawah pimpinan Mahisa Anabrang, segera terlibat dalam pertempuran. Mahisa Anabrang kehilangan kudanya, tentara Majapahit dipukul mundur. Mahisa Anabrang yang berhasil melepaskan diri dari maut, menghadang Rangga Lawe di tepi Sungai Tambak Beras bersama kuda barunya merendam di dalam air, untuk menyegarkan kembali badannya.
Mendadak Ranggalawe, yang mengendarai Nila Ambara, menyambarnya. Kuda Nila Ambara kena tusuk tombak. Rangga Lawe jatuh ke dalam air, namun berhasil memanjat karang padas. Mahisa Anabrang menariknya kembali ke dalam air.
Terjadilah Pergumulan antara Mahisa Anabrang dan Rangga Lawe di dalam air. Dalam perkelahian sengit itu, Mahisa Anabrang berhasil mengepit leher Ranggalawe, Rangga Lawe terengah-engah kehabisan tenaga. Dengan mudah Kebo Anabrang mengepitnya lagi di bawah ketiak.
Lembu Sora yang menyaksikan pergumulan itu dari dekat, menabuh belas kasihan kepada Ranggalawe. Ia turun ke dalam air untuk menusuk Anabrang dari belakang. Rangga Lawe lepas dari kepitan, namun telah lemas.
Rangga Lawe dan Anabrang mati bersama-sama dalam Sungai Tambak Bera.Pembunuhan terhadap rekan sekubu inilah yang kelak menjadi penyebab kematian Lembu Sora pada tahun 1300 Maseh.
Kisah lainnya....
Asal - Usul Tuban Jawa Timur
Dinamakan Tuban. Dulunya Tuban bernama Kambang Putih Sudah sejak abad ke-11 sampai 15 dalam berita-berita para penulis China (pada jaman dinasti Song Selatan 1127-1279 dan dinasti Yuan (Mongol) 1271-1368 sampai jaman dinasti Ming th.1368-1644 5)
Tuban disebut sebagai salah satu kota pelabuhan utama di pantai Utara Jawa yang kaya dan banyak penduduk Tionghoanya. Orang Cina menyebut Tuban dengan nama Duban atau nama lainnya adalah Chumin.
Pasukan Cina-Mongolia (tentara Tatar), yang pada th. 1292 datang menyerang Jawa bagian Timur (kejadian yang menyebabkan berdirinya kerajaan Majapahit) mendarat di pantai Tuban.
Dari sana pulalah sisa-sisa tentaranya kemudian meninggalkan P.Jawa untuk kembali ke negaranya6 (Graaf, 1985:164). Tapi sejak abad ke 15 dan 16 kapal-kapal dagang yang berukuran sedang saja sudah terpaksa membuang sauh di laut yang cukup jauh dari garis pantai.
Sesudah abad ke 16 itu memang pantai Tuban menjadi dangkal oleh endapan lumpur. Keadaan geografis seperti ini membuat kota Tuban dalam perjalanan sejarah selanjutnya sudah tidak menjadi kota pelabuhan yang penting lagi (Graaf, 1985:163).Untuk mengurangi kesimpang siuran tentang hari jadi kota Tuban Bupati Kepala Daerah Tingkat II Tuban (waktu itu dijabat Drs. Djoewahiri Martoprawiro), menetapkan tanggal 12 Nopember 1293 sebagai hari jadi kota Tuban7.
Panitia kecil yang dibentuk oleh Pemerintah Daerah Tingkat II Tuban waktu itu memberi alasan bahwa ditetapkannya tanggal tersebut karena bertepatan dengan diangkatnya Ronggolawe sebagai Adipati Tuban. Ronggolawe dianggap sebagai pahlawan bagi rakyat Tuban, dan dianggap sebagai Bupati pertama Tuban.
Seperti halnya dengan kota-kota lain di Jawa pada umumnya sumber sejarah kota Tuban sangat sulit didapat. Bahan tulisan yang ada penuh dengan campuran antara sejarah dan legenda. Buku “Babad Tuban” yang ditulis oleh Tan Khoen Swie (1936)
Letaknya sumber air bersih tersebut (Sumur Srumbung) berjarak kurang lebih 10 m dekat pantai, tapi sumur (sumber air) tersebut tetap tawar dan segar,sumur srumbung ini dikisahkan bebas jejak perdebatan antara pendeka dari china dengan sunan Bonang, yang pada akhirnya sunan bonan menancapkapkan tongkatnya di bibir pantai yang akhirnya keluar air yang tawar..yang sekarang hampir hilang terkena abrasi yang diakibatkan gelombang laut yangterus mengikis bibir pantai utara tanah jawa.
Sumber lain tentang sejarah dan legenda tentang kota Tuban lihat: Soeparmo, R. (1983), Tujuh Ratus Tahun Tuban, dan buku: Hari Jadi Tuban (1987), Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Tuban.
Tuban, yang kalau dilihat dari arah laut, seolah-olah seperti batu putih yang terapung (watu kambang putih dalam bahasa Jawa). Sumber ini didapat dari buku : Soeparmo, R. (1983), Tujuh Ratus Tahun Tuban, dan buku Hari Jadi Tuban (1987), Pemerintah Kabupaten Daerah Tingkat II Tuban.
Laporan Ma Huan yang mengiringi Cheng Ho dalam pelayaran ke 3 (1413-1415), mencatat bahwa kalau orang Cina pergi ke jawa, kapal-kapal lebih dulu sampai ke Tuban, baru kemudian meneruskan perjalanannya ke Gresik, kemudian dilanjutkan ke Surabaya, baru dari sana menuju ke pusat kerajaan Majapahit (di daerah sekitar Mojokerto sekarang) dengan memakai perahu kecil lewat sungai Brantas. (dikutip dari :Ying Yai Sheng Lan dalam buku Nusa Jawa, Denys Lombard Jilid 3)
Diposkan oleh @lee Read One di 14.34
Label: Hystory and Culture
KISAH LAIN.....
Kabupaten Tuban
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Kabupaten Tuban adalah sebuah kabupaten di Jawa Timur, Indonesia. Ibu kotanya berada di kota Tuban. Luasnya adalah 1.904,70 km² dan panjang pantai mencapai 65 km. Penduduknya berjumlah sekitar 1 juta jiwa. Tuban disebut sebagai Kota Wali karena Tuban adalah salah satu kota di Jawa yang menjadi pusat penyebaran ajaran Agama Islam namun beberapa kalangan ada yang memberikan julukan sebagai kota tuak karena daerah Tuban sangat terkenal akan penghasil minuman (tuak & legen) yang berasal dari sari bunga siwalan (ental). Beberapa obyek wisata di Tuban yang banyak dikunjungi wisatawan adalah Makam Wali, contohnya Sunan Bonang, Makam Syeh Maulana Ibrahim Asmaraqandi (Palang), Sunan Bejagung dll. Selain sebagai kota Wali, Tuban dikenal sebagai Kota Seribu Goa karena letak Tuban yang berada pada deretan Pegunungan Kapur Utara. Bahkan beberapa Goa di Tuban terdapat stalaktit dan Stalakmit. Goa yang terkenal di Tuban adalah Goa Akbar, Goa Putri Asih, dll. Tuban terletak di tepi pantai pulau Jawa bagian utara, dengan batas-batas wilayah: utara laut Jawa, sebelah timur Lamongan, sebelah selatan Bojonegoro, dan barat Rembang dan Blora Jawa Tengah
Nama-nama Bupati Tuban
Mengetahui sejarah Tuban belum lengkap tanpa mengetahui nama-nama bupati yang pernah memimpin Kabupaten Tuban tercinta ini. Periode kepemimpinan di Kabupaten Tuban dapat dikelompokkan menjadi dua periode yaitu sebelum kemerdekaan dan setelah kemerdekaan. Berikut nama-nama Bupati Tuban beserta periode kepemimpinannya:
Nama Bupati sebelum kemerdekaaan Republik Indonesia (1945):
1. RA. DANDANG WATJONO ( 1264-1282 )
2. RH. RONGGOLAWE ( 1282-1291 )
3. RH. SIROLAWE ( 1291-1306 )
4. RA. SIROWENANG ( 1306-1326 )
5. RH. LENO ( 1326-1349 )||
6. RH. DIKORO ( 1349-1401 )||
7. RA. TEJO ( 1401-1419 )
8. RH. WILWOTIKTO ( 1419-1460 )
9. KH. NGRASEH ( 1460-1507 )
10. KA. GELILANG ( 1507-1553 )
11. KA. BATUBANG ( 1553-1573 )
12. RH. BALEWOT ( 1573-1628 )
13. P. SEKARTANJUNG ( 1628-1661 )
14. P. NGANGSAR ( 1661-1668 )
15. P.H. PERMALAT ( 1669-1686 )
16. P. SALAMPE ( 1686-1707)
17. P.H. DALAM ( 1700-1707 )
18. P. POJOK ( 1707-1723 )
19. P. ANOM ( 1723-1730 )
20. P. SOEDJONO POETRO ( 1730-1737 )
21. RA. BALABAR ( 1737-1748 )
22. P. SOEDJONO POETRO ( 1748-1755
23. RA. JOEDONGORO ( 1755-1766 )
24. RA. SURYO DININGRAT ( 1766-1773 )
25. RA. DIPOSENO ( 1773-1779 )
26. KT. TJOKRONEGORO ( 1779-1792 )
27. KT. POERWONEGORO ( 1792-1799 )
28. K. LIEDER SOERODINEGORO ( 1799-1802 )
29. R. SOEROADIWIDJOJO ( 1802-1814 )
30. P.TJITROSUMO VI ( 1814-1821 )
31. P.TJITROSUMO VII ( 1821-1841 )
32. P.TJITROSUMO VIII ( 1841- 1861 )
33. P.TJITROSUMO XI ( 1861-1883 )
34. RM SOEMOBROTO ( 1883-1893 )
35. RA. KOESOEMADIGDO ( 1893-1909 )
36. RA. PRINGGOWINOTO ( 1909-1919 )
37. RA. PRINGGODIGDO ( 1919-1927 )
38. R.M.A.A. KOESUMOBROTO ( 1927-1944 )
39. RT. SOEDIRMAN H ( 1944-1946)
Nama Bupati setelah kemerdekaan Republik Indonesia ( 1945 )
1. KH. MOESTA’IN (1946-1956)
2. R. SOENDAROE (1956-1958)
3. R.ISTOMO (1958-1959)
4. R. SANDJOJO (1959-1960)
5. M. WIDAGDO (1960-1968)
6. R. SOEPARMO (1968-1970)
7. R.H. IRCHAMNI (1970-1975)
8. MOCH. MASDUKI (1975-1980)
9. SOERATI MOESRAM (1980-1985)
10. Drs. DJOEWAHIRI MARTO PRAWIRO (1985-1991)
11. Drs. SJOEKOR SOETOMO (1991-1995)
12. H. HINDARTO (1996-2001)
13. Dra. H. HAENY RELAWATI RINI WIDYASTUTI, M.Si (2001-2006)
14. Dra. H. HAENY RELAWATI RINI WIDYASTUTI, M.Si (2006-2011)
15. Drs. KH.FATHUL HUDA,M.M. (2011-Sekarang).
Itulah nama-nama bupati yang pernah memimpin kabupaten Tuban.
ASAL USUL NAMA TUBAN...
Kota Tuban memiliki asal usul dalam beberapa versi yaitu yang pertama disebut sebagai TU BAN yang berarti waTU tiBAN (batu yang jatuh dari langit) yaitu batu pusaka yang dibawa oleh sepasang burung dari Majapahit menuju Demak, dan ketika batu tersebut sampai di atas Kota Tuban, batu tersebut jatuh dan dinamakan Tuban.
Adapun versi yang kedua yaitu berarti meTU BANyu berarti keluar air, yaitu peristiwa ketika Raden Dandang Wacana (Kyai Gede Papringan) atau Bupati Pertama Tuban yang membuka Hutan Papringan dan anehnya, ketika pembukaan hutan tersebut keluar air yang sangat deras. Hal ini juga berkaitan dengan adanya sumur tua yang dangkal tapi airnya melimpah, dan anehnya sumur tersebut dekat sekali dengan pantai tapi airnya sangat tawar.
Ada juga versi ketiga yaitu TUBAN berasal dari kata 'Tubo' atau Racun yang artinya sama dengan nama kecamatan di Tuban yaitu Jenu.

0 komentar:

SEJARAH CANDI BOROBUDUR

sesuai kajian Islam VERSI KH FAHMI BASYA. Menurut sebuah penelitian oleh Pak KH Fahmi Basya memperoleh kesimpulan bahwa kisah nabi...